PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu upaya dalam membentuk individu yang mengembangkan kecerdasan secara menyeluruh, meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial. Peran pendidikan tidak hanya terbatas pada penyampaian kurikulum melalui metode pengajaran, tetapi lebih pada penanaman nilai-nilai yang tercermin dalam pengalaman langsung, perasaan, ekspresi, dan perkembangan individu sehari-hari. Dalam konteks ini, pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan menghargai individu sebagai subjek yang memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, penting bagi setiap pendidik (guru) untuk memahami konsep implementasi pendidikan melalui pendekatan humanistik.

Menurut Maslow, kebutuhan akan kasih sayang adalah dorongan untuk dicintai dan memahami serta untuk memberikan cinta dan pengertian kepada orang lain. Apabila kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Penerapan teori Maslow dalam konteks pembelajaran, ketika guru menghadapi tantangan seperti siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah, kegelisahan siswa di kelas, atau kekurangan motivasi belajar, penting bagi mereka untuk mempertimbangkan perspektif Maslow.

Guru tidak seharusnya langsung menyalahkan siswa atas perilaku ini sebelum mempertimbangkan kemungkinan bahwa kebutuhan dasar siswa, seperti makanan yang cukup, tidur yang memadai, atau masalah pribadi, mungkin tidak terpenuhi (Dinasti, 2021).

Menurut (Gayatri, 2023) apabila anak mengalami kekurangan afeksi dari orang-orang di sekitarnya, hal tersebut dapat menyebabkan kesulitan anak untuk sosialisasi, stres sejak dini, gangguan berbicara, kurangnya perhatian saat mendengarkan, dan ketidak konsistenan ketika tertarik pada sesuatu yang baru. Oleh karena itu, penulis menekankan satu topik yang sering diabaikan, yaitu kurangnya pemberian afeksi terhadap siswa.

 

MENGAPA AFEKSI PENTING?

Afeksi merupakan hal yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa karena memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan siswa secara holistik. Pertama, afeksi menciptakan ikatan emosional antara guru dan siswa, yang membangun rasa kepercayaan dan keamanan dalam lingkungan belajar.

Ketika siswa merasa diterima dan dihargai oleh guru, mereka cenderung lebih termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, afeksi juga membantu mengatasi stres dan kecemasan yang mungkin dirasakan siswa dalam menghadapi tantangan akademik atau sosial. Dengan merasa didukung secara emosional, siswa lebih mampu mengelola emosi mereka dengan baik dan berkembang secara positif dalam hal kesejahteraan mental dan emosional.

Afeksi juga memperkuat koneksi sosial antara sesama siswa, menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dan ramah di mana kerja sama dan empati dipromosikan. Akibatnya, pemberian afeksi tidak hanya meningkatkan kinerja akademik siswa tetapi juga membantu membentuk karakter yang baik, keterampilan interpersonal, dan dukungan sosial yang diperlukan untuk kesuksesan mereka di sekolah dan kehidupan selanjutnya.

 

PERAN GURU DALAM MEMBERIKAN AFEKSI

afeksi

 

Peran guru dalam memberikan afeksi kepada siswa memiliki dampak dalam pembentukan lingkungan belajar yang positif dan membangun keterikatan yang kuat antara guru dan siswa. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga berperan penting sebagai mentor dan pembimbing emosional bagi siswa. Dengan memberikan dukungan emosional yang hangat dan terbuka, guru dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di kelas, di mana siswa merasa dihargai, didengarkan, dan diterima. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan emosional siswa, tetapi juga mempengaruhi motivasi belajar, partisipasi aktif dalam kelas, dan pencapaian akademik mereka.

Melalui kehadiran yang peduli dan penuh perhatian, guru dapat membantu siswa mengatasi tantangan emosional, mengembangkan rasa percaya diri, dan membangun keterampilan sosial yang penting untuk sukses di sekolah dan dalam kehidupan secara keseluruhan. Dengan kata lain, peran guru dalam memberikan afeksi bukan hanya tentang mengajar materi pelajaran, tetapi juga tentang membentuk kepribadian dan membimbing pertumbuhan siswa secara holistik.

 

STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN AFEKSI DI KELAS

Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan afeksi dalam kelas, sebagai berikut:

Membangun hubungan yang positif

Guru dapat menghabiskan waktu untuk berinteraksi secara personal dengan setiap siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menunjukkan minat terhadap kehidupan mereka di luar kelas. Ini membantu membangun hubungan yang kuat dan saling percaya antara guru dan siswa.

Memberikan umpan balik positif

Mengakui dan mengapresiasi prestasi siswa serta upaya mereka dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri mereka.

Menciptakan lingkungan kebahagiaan

Menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas dapat membantu siswa merasa nyaman dan senang belajar. Guru dapat menggunakan humor, aktivitas kelas yang menarik, dan musik untuk menciptakan suasana yang menginspirasi.

Mendukung kebutuhan emosional

Memahami kebutuhan emosional individu siswa adalah kunci untuk meningkatkan afeksi. Guru harus peka terhadap perubahan suasana hati siswa, memberikan dukungan saat dibutuhkan, dan menciptakan ruang untuk berekspresi secara bebas.

Menggunakan teknik pembelajaran kolaboratif

Membangun interaksi antar siswa dapat membantu membangun hubungan sosial yang positif di kelas. Proyek kelompok, diskusi kelompok kecil, dan kegiatan kerja sama lainnya dapat menjadi sarana untuk memperkuat ikatan antar siswa.

 

MENANGGULANGI TANTANGAN DALAM MEMBERIKAN AFEKSI

afeksi                                                                              

Menanggulangi tantangan dalam memberikan afeksi kepada siswa merupakan langkah penting bagi guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif. Salah satu tantangan utama adalah keragaman individual siswa, di mana setiap siswa memiliki kebutuhan emosional yang berbeda. Untuk mengatasi ini, guru perlu mengadopsi pendekatan yang sensitif dan responsif terhadap perbedaan siswa. Selain itu, tekanan waktu dan beban kerja yang tinggi juga dapat menjadi hambatan dalam memberikan afeksi secara konsisten.

Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan strategi manajemen waktu yang efektif dan menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa di luar waktu pelajaran. Dengan demikian, guru perlu mengasah keterampilan komunikasi emosional mereka dan menciptakan suasana kelas yang terbuka untuk berbagi dan berkomunikasi. Melalui kesadaran akan tantangan ini dan upaya yang berkelanjutan, guru dapat mengatasi hambatan dalam memberikan afeksi dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memenuhi kebutuhan emosional siswa. 

Referensi

Dinasti, F. (2021). Pembelajaran Humanistik Dalam Mendorong Pengembangan Afeksi. Al I‟tibar : Jurnal Pendidikan Islam, 48-57.

Gayatri, S. &. (2023). Pengembangan APE Kid’s Bag Dalam Menstimulasi Aspek Emosi Untuk Pembentukan Afeksi Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Potensia, 383-397.

 

Editor: Jerry Hall

Baca juga berita dan artikel kami di WA channel kami: WA channel HAFECS

Subscribe To Our Newsletter

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

×

Kami siap membantu Anda

Selamat datang di Hafecs. Jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait layanan kami, jangan sungkan untuk bertanya melalui call centre Hafecs di bawah melalui WhatsApp atau kirim email melalui halaman kontak kami
×