Food crisis dan inflasi merupakan dua masalah global serius yang Kita hadapi saat ini. Tentu terdapat banyak penyebab munculnya masalah global ini. Mulai dari Konflik Rusia vs Ukraina hingga larangan ekspor pemerintah setempat. Maka dari itu, Kita disarankan lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran.
Adapun berikut beberapa penyebab adanya food crisis dan inflasi;
Konflik Rusia vs Ukraina
Ukraina merupakan salah satu Negara ekspor gandum terbesar. Dilansir dari producer.com, dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina ini mengakibatkan adanya penurunan panen gandum sebanyak 35% karena wilayah timur Ukraina (wilayah produksi gandum) merupakan wilayah konflik paling intens. Tentu peristiwa ini mengacaukan global supply chain dan mengakibatkan harga makanan naik.
Cuaca Ekstrem di Berbagai Wilayah
Cuaca yang ekstrem juga ikut andil dalam memengaruhi pasokan komoditas pangan. Contoh kasus yang dialami Argentina. Dinyatakan dalam argentina.com, Argentina merupakan Negara pengekspor kedelai terbesar. Mereka dilanda kekeringan ekstrem sejak bulan Desember sehingga panen kedelai mengalami penurunan drastis dalam 14 tahun terakhir.
Larangan atau Pembatasan Ekspor Beragam Komoditas Pangan
Gagal panen tidak hanya dialami oleh Argentina, India dan Malaysia juga mengalami hal tersebut hingga muncul kebijakan baru dalam pembatasan ekspor komoditas pangan. Walaupun India bukan pengekspor utama gandum di dunia, tetapi perannya dalam ekspor komoditas pangan bisa dibilang penting. Hal ini juga dialami oleh Malaysia di mana adanya larangan ekspor ayam yang berlaku mulai 1 Juni besok. Munculnya larangan/pembatasan ekspor dimulai dari protes warga lokal terhadap kenaikan harga ayam.
Potensi food crisis ini mengkhawatirkan keuangan yang Kita keluarkan. Melihat komoditas pangan merupakan bahan-bahan pokok yang kita butuhkan setiap harinya. Belum lagi, inflasi yang akan terjadi jika food crisis berlanjut parah. Dampak yang akan dialami akan terasa pada perekonomian secara keseluruhan.
Sebagai catatan akhir, inflasi Indonesia saat ini mencapai pada angka 3,47% yang merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2019 (CNBC Indonesia). Dengan situasi ini dikhawatirkan demand masyarakat menurun dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Negara juga melonjak turun.
Lalu, siapa yang akan terkena dampak langsung nya? Tentunya Kita sebagai masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, Kita diharapkan pintar-pintar mengelola keuangan agar income tidak mencapai angka defisit setiap bulannya.
Jika anda menyukai artikel ini dan ingin mendapatkan lebih banyak rekomendasi, tips, fakta menarik, dan bahan bacaan lain, silahkan kunjungi blog Hafecs untuk artikel-artikel yang lebih lengkap.
Penulis: Umisilvy
Editor: Miranti Diah P
Sumber:
- https://www.producer.com/news/ukraine-faces-35-percent-wheat-drop/ diakses 27 Mei 2022
- https://www.agriculture.com/markets/newswire/argentina-soy-harvest-in-central-zone-could-be-lowest-in-14-years-exchange diakses 27 Mei 2022
- https://www.aljazeera.com/news/2022/5/14/india-bans-wheat-exports-cites-food-security-and-soaring-prices diakses 27 Mei 2022
- https://www.channelnewsasia.com/singapore/malaysia-bans-chicken-exports-singapore-supply-price-consumers-2703071 diakses 27 Mei 2022
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20220512095012-4-338371/semua-mulai-khawatir-separah-apa-sih-inflasi-indonesia diakses 27 Mei 2022
Bisa dimulai dengan hal hal kecil, contohnya mulai memakai produk indonesia, bisa batik dll. Anak muda sekarang suka stylish ya,…
Mantap! Bacaan yang berbobot! Perlu diperhatikan bagi para tenaga pendidik
Terbaik
PCK sangat berpengaruh guna membangun karakter peserta didik guna menunjang pengetahuan yang akan kedepannya
Bagaimana upaya melestarikan budaya nasional pada generasi muda?