Dalam suatu penelitian pada tahun 2019, lebih dari 400 peserta mendaftar untuk mempelajari bahasa buatan yang misterius. Peserta diminta menjawab pertanyaan mengenai pasangan bentuk karakter huruf dari bahasa buatan itu, seperti menentukan karakter mana yang mewakili binatang di antara dua karakter. Setelah istirahat singkat, mereka diminta menjawab pertanyaan yang sama dengan pasangan karakter yang sama pula, tapi dengan pertanyaan yang berkebalikan, seperti menentukan karakter mana yang mewakili objek tak hidup di antara dua karakter tersebut. Namun, permainan ini memiliki rahasia: jawaban peserta pada babak pertama menentukan arti karakter pada babak kedua. Pada babak pertama, semua jawaban peserta dianggap benar atau mereka dipaksa untuk gagal pada setiap pertanyaan. Ini berarti bahwa saat istirahat, setiap peserta memiliki jumlah informasi yang sama, dan pada babak kedua, mereka bermain dengan serius. Meskipun ini hanya permainan, peserta yang berhasil pada babak pertama naik ke peringkat teratas, sementara yang gagal, tetap gagal.

Kegagalan adalah Momen Pembelajaran

dok. HAFECS24/11/23-1

Banyak yang menyebut kegagalan sebagai momen pembelajaran—suatu rintangan yang diperlukan agar kita bisa berkembang. Namun, belajar dari kesalahan tidak selalu mudah, terutama ketika kegagalan itu merendahkan semangat, memberatkan, atau benar-benar membingungkan. Apa yang sebenarnya mencegah kita mengubah kesalahan menjadi keahlian? Mungkin rintangan yang paling jelas untuk belajar dari kegagalan adalah betapa menyakitkannya kegagalan.

Umumnya, orang ingin dianggap mampu dan kompeten, dan mengalami kegagalan dapat mengancam citra diri tersebut. Dalam survei yang didasarkan pada replika dari studi karakter huruf tadi, peserta di kelompok kegagalan menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang jauh lebih rendah setelah ikut serta. Mudah untuk mengabaikan rasa sakit ini sebagai kemunduran sementara, tetapi beberapa penelitian menemukan bahwa saat orang merasa tidak bersemangat atau tidak kompeten, otak mereka seringkali berhenti memproses informasi baru. Ini berarti bahwa jika ancaman terhadap harga diri Anda cukup besar, hal itu bisa merusak kemampuan Anda untuk belajar. Namun, toleransi Anda terhadap kegagalan juga tergantung pada hubungan Anda dengan tugas yang ada.

Apresiasi dan Kritik

dok. HAFECS24/11/23-artikelap1

Dalam suatu penelitian pada tahun 2011, para peneliti meninjau sekelompok murid Amerika yang mendaftar kursus bahasa Prancis di tingkat pemula dan lanjutan. Para murid ini mengisi kuesioner tentang preferensi guru mereka—apakah mereka lebih suka guru yang menekankan pada kekuatan dan kesuksesan mereka, atau guru yang menyoroti kesalahan dan memperbaiki kelemahan mereka.

Secara umum, hasil tanggapan menunjukkan bahwa murid pemula mencari penguatan positif, sementara murid tingkat lanjut lebih menyukai umpan balik kritis. Para peneliti menyajikan beberapa penjelasan atas hasil ini. Saat baru memulai, para pemula masih menentukan apakah mereka menikmati belajar bahasa Prancis atau ingin melanjutkan belajar, sehingga mereka mendambakan pujian sebagai cara untuk tetap termotivasi.

Di sisi lain, murid tingkat lanjut sudah berinvestasi, sehingga mereka ingin meningkatkan keterampilan seefisien mungkin. Proses memperoleh keahlian juga datang bersamaan dengan kegagalan, sehingga murid tingkat lanjut mungkin telah terbiasa membuat kesalahan. Namun, baik Anda seorang ahli atau pemula, biasanya jauh lebih mudah untuk belajar dari kesuksesan Anda daripada dari kegagalan Anda.

Pola Pikir Berkembang untuk Menghadapi Kegagalan

Sebagai contoh, bayangkan mendapatkan kembali nilai ujian Anda. Jika berhasil, Anda bisa berasumsi bahwa Anda telah membuat pilihan yang baik mengenai kapan, apa, dan berapa banyak yang harus dipelajari, dan Anda dapat mengikuti keputusan tersebut untuk tes berikutnya. Tetapi jika gagal, itu bisa disebabkan oleh beberapa alasan. Mungkin Anda tidak belajar cukup, mungkin Anda mempelajari informasi dengan salah, atau Anda melakukan semuanya dengan benar tetapi ujiannya mencakup hal-hal yang tidak Anda duga.

Dalam kasus seperti ini, tidak jelas di mana kesalahan tersebut, sehingga sulit untuk belajar cara meningkatkan diri. Menginginkan belajar dari kegagalan adalah hal yang wajar, dan banyak yang bisa dipelajari dengan menjadi tangguh dan mengembangkan pola pikir yang berkembang. Terjebak pada kegagalan bisa membuat Anda mudah melupakan semua kesuksesan Anda. Mengembangkan apa yang Anda lakukan dengan benar mungkin lebih efektif daripada fokus pada kesalahan yang Anda lakukan.

 

Disadur dan dialih bahasakan dari: Ted Ed

Pengalih Bahasa dan Penyunting: Jerry Hall

Subscribe To Our Newsletter

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

×

Kami siap membantu Anda

Selamat datang di Hafecs. Jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait layanan kami, jangan sungkan untuk bertanya melalui call centre Hafecs di bawah melalui WhatsApp atau kirim email melalui halaman kontak kami
×