Saat guru mempresentasikan materi ajarnya di kelas, tidak jarang respon siswa terlihat jenuh ketika mendengarkan. Hal ini merupakan tantangan sehari-hari yang harus guru lewati dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar. Dalam ilmu pendidikan guru, mengenal 8 keterampilan dasar mengajar, diantaranya: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan mengadakan variasi, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Jika dicermati keterampilan ini merupakan keterampilan yang dipakai saat guru melakukan presentasi. Sehingga penting untuk memperhatikan skill presentasi yang dimiliki oleh guru, karena skill ini akan dipakai setiap Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).

Kebosanan di 10 menit pertama

Kemampuan presentasi yang tidak diasah akan mengakibatkan KBM menjadi kurang menarik yang mengakibatkan siswa bosan. Ada penelitian yang menunjukan bahwa audience mulai bosan mendengarkan presentasi saat memasuki menit kesepuluh. Saat-saat inilah biasanya audience akan menunjukan tanda-tanda kebosanan mereka mulai dari melirik jam tangan, sebagian lain merasa mengantuk, dan sisanya berpikir kapan presentasi akan berakhir. Situasi ini juga biasanya dirasakan oleh siswa saat KBM berlangsung jika materi yang mereka dapatkan terasa membosankan.

Sepuluh menit pertama merupakan waktu untuk membuka pelajaran. Waktu sepuluh menit pertama ini yang akan menentukan apakah siswa tertarik dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru atau siswa menyerah untuk memahami pelajaran. Jadi pembukaan sangatlah krusial dalam mengajar karena akan berdampak langsung terhadap pembelajaran. Pembukaan yang interaktif sangat menguntungkan bagi guru maupun siswa. Guru akan menjadi paham sampai dimana pemahaman siswa tentang topik yang akan dibahas dan siswa tidak gampang bosan karena terlibat secara langsung terhadap pembelajaran.

Dialog Context

Salah satu teknik pembukaan yang interaktif yang bisa menjadi opsi untuk dicoba adalah ”Dialog Context”. Dialog context adalah dialog yang dilakukan untuk memberikan jembatan pengetahuan antara persepsi siswa dengan persepsi guru. Mengapa penting untuk menjembatani antara persepsi guru dan persepsi siswa? Biasanya guru dan siswa memiliki jarak umur yang jauh berbeda, karena jarak umur ini lah yang membedakan cara pandang terhadap suatu fenomena, pengalaman-pengalam yang telah ditempuh, dan kapasitas keilmuan yang umurnya berbeda. Sehingga diperlukan sebuah hal yang menjembatani persepsi guru dan juga siswa. Disinilah fungsi context suatu materi pelajaran digunakan oleh guru, agar guru lebih mudah untuk memberikan pengetahuan kepada siswa dan lebih lanjut pengetahuan itu berhasil mereka pahami.

Context dari fenomena

Context dapat berupa fenomena atau kejadian yang sering dialami siswa dan bisa juga context diambil dari kegiatan sehari-hari yang dekat dengan mereka. Contohnya ketika ingin mengajarkan siswa tentang mencari luas bangun datar, guru bisa membuka pelajarannya dengan foto tanah yang sedang dijual. Guru bisa memulai dengan dialog:

dok. HAFECS 23/11/2023-artikel

  • Guru: ”Pernahkah kalian melihat tanah yang sedang dijual?”
  • Siswa: ”Pernah bu”
  • Guru: ”Biasanya tulisan pada banner seperti apa?”
  • Siswa: ”Tanah dijual, luas……”
  • Guru: ”Anak-anak coba lihat banner jual tanah di layar!”
  • Guru: ”Kira-kira gimana ya cara menentukan luas tanah yang tertera disana?”

Sebagai permulaan, agar siswa tidak terlalu kesusahan untuk mengingat rumus , guru bisa memulainya dengan meminta siswa untuk menghitung jumlah kotak pada persegi panjang. Setelah itu guru bisa memberikan pemahaman kepada siswa cara menghitung luas persegi panjang. Guru bisa memandu siswa dengan intruksi sebagai berikut!

dok. HAFECS23/11/23-artikel2

  • Guru: ”Anak-anak ada berapa jumlah kotak pada gambar di layar?”
  • Siswa: ”35 kotak bu”
  • Guru: ”Bagaimana cara kalian menghitung jumlah seluruh kotak tersebut?”
  • Siswa: ”7 nya dikalikan dengan 5 bu”
  • Guru: ”Benar sekali anak-anak. 7 itu merupakan bagian panjang dari persegi panjang dan 5 merupakan bagian lebar dari persegi panjang. Jadi kalau anak-anak ingin menghitung luas persegi panjang anak-anak bisa mengalikan bagian panjang dan lebarnya.”

Ketika dialog context sudah sukses dibangun saat proses pembukaan dalam pelajaran maka siswa akan lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Interaksi yang ada antara guru dan siswa akan meningkatkan motivasi siswa untuk melanjutkan pembelajaran. Suasana kelas yang kondusif dan interaktif, serta kesuksesan guru dalam membangun dialog context akan memberikan makna tersendiri dalam proses belajar di kelas.

 

Penulis: Annisa Rahmalia

 

Sumber:

  • Alimuddin, Z., & Kamelia, F. (2019). Cara Mengajar Lebih Efektif dengan Menggunakan PCK. Barito Kuala: HAFECS Press.
  • Ismail, S. (2015). Membentuk Penguasaan Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Peserta Ppl-1 Dalam Bimbingan Latihan Mengajar Melalui Lesson Study. Prosiding KNPM, 1-12.
  • Noer, M. (2012). Presentasi Memukau. Palembang: www.presentasi.net.

Subscribe To Our Newsletter

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

×

Kami siap membantu Anda

Selamat datang di Hafecs. Jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait layanan kami, jangan sungkan untuk bertanya melalui call centre Hafecs di bawah melalui WhatsApp atau kirim email melalui halaman kontak kami
×