“Pak, anak saya kalau hari libur sekolah jarang pulang ke rumah.”

“Pak, anak saya kecanduan game online.”

“Anak saya selalu minta uang buat main game online.”

“Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan dan itu membuat saya takut!.”

“Ini adalah bagian dari hidup mereka dengan cara yang tidak akan pernah bisa saya pahami!”

Komentar ini saya temui dalam sesi konseling, dan masih banyak lagi komentar-komentar dari orang tua remaja yang sedang menghadapi remaja mereka dalam menggunakan teknologi. Berkembangnya media sosial yang pesat seperti aplikasi perpesanan, datting, video call, game online, dll. membuat banyak orang tua merasa terbebani dan tidak siap untuk mengatasi keterlibatan remaja mereka dengan teknologi.

Anda mengenal orang tua seperti itu? atau mungkin Anda secara pribadi berurusan dengan penggunaan teknologi Ananda? Jika IYA, ini bacaan yang tepat buat Anda.

Bias Negatif

Mari kita mulai dengan memahami apa yang sebenarnya terjadi bagi kita yang cukup tua yang dibesarkan dengan serial TV Angling Dharma, mesin ketik, kamera kelis, kereta uap dan sekarang mengasuh anak di era yang sangat berbeda, yaa, semua serba digital. Sedangkan Anda tidak tumbuh dengan itu, Anda bukan penduduk asli di wilayah digital.

Kebanyakan orang tua merasa cemas saat anak-anak mereka memasuki masa remaja, wajar saja tidak apa-apa. Sebenarnya baik untuk mengakui bahwa Anda wajib mengubah permainan parenting Anda untuk tahun-tahun penting itu. Iya wajib, karena mengasuh remaja ‘sangat berbeda’ dengan mengasuh anak-anak!

Fakta perkembangan remaja mengatakan, bahwa remaja akan mulai menghabiskan banyak waktu dengan teman sebayanya dari pada bersama orang tuanya. Berbeda dengan masa anak-anak yang 90% dari kehidupannya bersama orang tua. Dimasa ini, anak-anak mulai melepaskan diri dari orang tua mereka untuk merumuskan perasaan mandiri. Hal ini juga menciptakan kecemasan pada orang tua.

Banyak orang tua merasa kurang terkendali dan kurang mampu menjaga atau melindungi anak-anak mereka. Beberapa orang tua juga takut akan risiko yang akan dihadapi remaja mereka dan mengalami kecemasan akan kerenggangan hubungan orang tua dengan anak yang terjadi selama masa remaja. Terlebih mereka hidup di era digital, yang semua informasi serba ada dan instan.

Bias negatif terjadi saat kita mengharapkan yang terburuk dari situasi yang mungkin terjadi. Kita selalu melihat situasi sebagai ‘masalah’ daripada sebuah ’peluang’, atau kita bertindak dan bereaksi berdasarkan hasil TERBURUK bukan kasus TERBAIK.

Mari kita beralih ke dalam dunia teknologi yang berkembang pesat yang mendampingi tumbuh kembang dalam kehidupan sehari-hari mereka. Banyak orang tua yang menghubungi saya menunjukkan kegelisahan dan ketidakberdayaan karena tidak dapat mengambil tindakan dalam penggunaan teknologi remaja mereka. Dalam banyak kasus, ketakutan dan ketidakberdayaan mereka tidak proporsional dengan ukuran masalahnya. Risikonya tidak besar, dan solusinya tidak rumit. Mereka menganggap jelek karena mereka melihat situasi dengan bias negatif.

Jadi apa yang Anda lakukan jika Anda mendapati diri Anda cemas dan tidak berdaya di bidang mengasuh anak remaja dan penggunaan teknologinya?

Masalahnya adalah Behavior Bukan Teknologi

Mengubah pola asuh dan membekali remaja dengan pengetahuan tentang penggunaan teknologi menjadi syarat wajib pendampingan remaja di era digital. Penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia.

Berdasarkan studi dan Siaran Pers No. 17 yang diterbitkan oleh KOMINFO menemukan bahwa 98% dari anak-anak dan remaja yang disurvei tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Pada kasus ini, anak-anak dan remaja memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet, yaitu untuk mencari informa-si, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.

Berdasarkan data-data tersebut, kita menyadari perkembangan teknologi tidak mungkin dihindarkan lagi. Revolusi digital telah mengubah dunia secara mendasar. Teknologi digital adalah fitur normal dan semakin dominan dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak dengan kemampuan digital agar tetap mampu berkontribusi kepada masyarakat digital. Ini berarti mengajari anak-anak dan remaja bagaimana bertindak secara bertanggung jawab dan bijaksana dengan gadget dan komputer mereka, bukan lagi menyalahkan teknologinya.

Begitu orang tua berhenti memusatkan perhatian pada teknologi sebagai bias negatif, mereka akan menyadari bahwa kebutuhan untuk mengubah peri- laku anak dan remajanya pada teknologi menjadi tantangan parenting orang tua zaman now.

Beberapa diskusi yang saya ikuti mengenai topik ini, membenarkan bahwa masalah yang harus kita tuntaskan adalah memperbaiki pola pendidikan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Orang tua harus menanamkan kepada anak-anaknya karakter tanggungjawab dan bijaksana.

Yaa, itu penting. Jika anak-anak Anda bertanggung jawab di bidang kehidupan lain, kemungkinan besar akan bertanggungjawab pada penggunaan media digital mereka. Jika remaja Anda tidak bertanggung jawab di bidang kehidupan lain, kemungkinan juga tidak bisa bertanggung jawab pada dunia digital mereka.

Jadi, jika masalah ini terfokus pada perilaku, apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membekali remaja mereka agar menjadi pengguna teknologi yang aman dan bertanggung jawab?

Sama seperti di bidang kehidupan lainnya, remaja membutuhkan batasan untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan dalam mengelola diri mereka di dunia luas.

Mulailah lebih awal, seperti saat mereka masih anak-anak. Mencoba untuk menetapkan batasan seputar teknologi untuk pertama kalinya pada usia 17 tahun akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan yang berusia 10 tahun.

Ada beberapa orang tua yang konsultasi tentang penggunaan teknologi pada remaja mereka yang berusia 12 sampai 17 tahun yang memiliki kemampuan akses internet yang relatif tidak terbatas, dan sekarang mereka berusaha untuk menetapkan batasan.

Tidak mudah! Tetapkan batasan untuk remaja Anda.

Maksud saya, Anda melakukannya dengan mereka. Hal ini sangat penting sehingga mereka mengembangkan kebiasaan sehat. Beberapa contoh  batasan-batasan yang mungkin bisa diterapkan seperti gadget harus non aktif pada pukul 21.00, gadget tidak boleh aktif saat kumpul keluarga, mengajari mereka tentang jenis ruang online yang bermanfaat dan mulailah berteman dengan remaja Anda di sosial media sehingga Anda tau kapan Anda harus menegurnya dan kapan Anda harus mengapresiasinya, dll. Saat Anda berusaha menetapkan batas, buatlah kesepakatan dengan remaja Anda agar sama-sama saling menghargai aturan.

Ajarkan Kontrol Diri

Saya mengutip dari Jurnal Teens and Tech: Preventing Technology Addiction yang ditulis oleh Adrita Arefin, di sana dikatakan bahwa salah satu risiko yang terkait dengan teknologi digital adalah berpotensi pada perilaku impulsif (perilaku yang dilakukan tanpa berpikir/otomatis).

Mengajarkan remaja tentang bagaimana mengendalikan keinginan impulsif mereka bagian normal untuk membesarkan remaja.

Ini bukan masalah teknologi, tapi masalah ‘pengajaran parenting’ pada umumnya.  Orang tua  perlu membekali remaja bagaimana membuat keputusan yang masuk akal dalam keadaan sulit baik saat di dunia maya maupun di dunia nyata. Mengajarkan remaja untuk berpikir dulu baru bertindak itu bukan perkara yang sulit, anda perlu membangun percakapan yang jujur, bimbingan yang terencana dan sering mengingatkannya.

Ciptakan Sense of Belonging (Rasa Memiliki)

Remaja yang memiliki rasa keterikatan kuat pada keluarga mereka cenderung tidak terlibat dalam perilaku agresi yang bisa merusak semua area kehidupannya.

Jika Anda khawatir tentang remaja Anda yang hanya fokus pada kegiatan online mereka dan kurang bisa berperilaku secara dewasa di dunia maya, ajaklah untuk bersikap hormat di semua area kehidupannya.

Jika Anda khawatir remaja perempuan Anda mengunggah foto tidak pantasnya ke dunia maya, maka fokuslah untuk menguatkan nilai-nilai sense of belonging (rasa memiliki) pada keluarga dan pada remaja perempuan Anda.

Beberapa cara yang baik untuk mempromosikan perilaku sense of belonging dengan remaja Anda adalah dengan melakukan kegiatan berikut:

  1. Pastikan semua orang di rumah memperlakukan satu sama lain dengan hormat;
  2. Beritahu dan tunjukkan remaja Anda secara teratur bahwa Anda mencintai mereka dan menghargai siapa mereka;
  3. Luangkan waktu setiap minggu sebagai keluarga yang bersenang-senang bersama;
  4. Makan bersama (tanpa telepon atau TV) sesering mungkin;
  5. Rangkullah minat remaja Anda sebagai bagian dari kepentingan keluarga;
  6. Ajarkan ketegasan.

Membantu remaja membuat keputusan aman yang masuk akal secara online sama saja dengan membantu mereka membuat keputusan aman di dunia nyata. Remaja harus bisa mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka sukai pada situasi tertentu.

Kemampuan untuk mengatakan tidak, belajar bersikap pasif dan membiarkan hal-hal terjadi tidak selalu baik-baik saja, tegas menolak tawaran tanpa bersikap kasar, berjalan menjauh dari situasi yang tidak mereka inginkan atau bisa mengungkapkan pendapat berbeda dengan percaya diri, semua adalah keterampilan hidup yang penting termasuk dunia digital dan menjadi bagian dari membesarkan remaja yang sehat. Seiring anak tumbuh dewasa, orang tua perlu membantu mereka belajar dengan cara yang sangat jelas dan sopan.

Beberapa hal diatas bisa Anda lakukan dengan terlibat langsung dengan anak, akrab dan yang terpenting berbicara dengan mereka tentang apa yang mereka lakukan secara online. Ini sangat mudah, jangan biarkan bias negatif teknologi membuat Anda terlalu cemas, jangan fokus pada teknologinya, fokuslah pada peningkatan remaja yang masuk akal dan bertanggung jawab di semua area kehidupan termasuk di ruang digital. Seriuslah dalam pengasuhan, karena tidak ada kesempatan kedua dalam mengasuh anak!

Ditulis Oleh: Mahrus Afif

Subscribe To Our Newsletter

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

×

Kami siap membantu Anda

Selamat datang di Hafecs. Jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait layanan kami, jangan sungkan untuk bertanya melalui call centre Hafecs di bawah melalui WhatsApp atau kirim email melalui halaman kontak kami
×