Pendahuluan

Salah satu tujuan besar pendidikan nasional hingga saat ini adalah peningkatan kemampuan berfikir (thinking skills) siswa. Berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah merupakan contoh seperangkat skills yang digaung – gaungkan sejak lama. Dipoles dengan berbagai macam kebijakan dan kurikulum dari tahun ke tahun, hingga branding terbaru yakni Profil Pelajar Pancasila, elemen “berfikir kritis” tetap “seksi” dan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan siswa Indonesia kedepan, elemen “berfikir kritis” tidak hanya terejawantahkan dalam konteks pendidikan, namun juga merepresentasikan cara mereka menghadapi tantangan kehidupan.

Seolah cinta bertepuk sebelah tangan, hasil PISA terbaru tahun 2022 menunjukkan bahwa siswa Indonesia mengalami penurunan skor dibanding tahun 2018. Jika melihat pencapaian skor PISA Indonesia sejak ikut pertama kali tahun 2000 hingga 2022, skor PISA 2022 termasuk terendah, terutama di membaca (359), pernah terendah di tahun 2000 dan 2018 (371).. Berdasarkan riset yang dilakukan SMERU, ketika anak diberi tes numerasi dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pecahan dan persentase, pada tahun 2014 hasilnya lebih rendah jika dibandingkan tahun 2000 1.

Skor siswa Indonesia adalah 100 poin di bawah rata-rata negara OECD mengindikasikan bahwa kemampuan literasi, berhitung, dan sains mereka tertinggal 2,5 tahun dibanding anak-anak 15 tahun di negara-negara OECD2. Data ini menunjukkan bahwa pendidikan nasional dengan kurikulum merdeka yang baru rilis 2 tahun lalu masih menjadi tantangan. Tentu banyak sekali faktor yang melatarbelakangi, namun penulis akan menyoroti salah satu faktor yang sering penulis temukan, yakni kurang ideal nya tujuan pembelajaran.

 

Esensi Tujuan Pembelajaran

Setelah mendampingi beberapa sekolah dan rekan guru selama beberapa waktu, penulis menyadari adanya gap dan irelevansi antara tujuan pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran atau  asesmen. Tujuan pembelajaran yang tidak specific dan measurable juga kerap kali menjadi momok. Tidak terstrukturnya tujuan pembelajaran satu dengan lainnya juga lazim dijumpai.

Idealnya, ketika pembelajaran dimulai, target proses berpikir siswa telah ditentukan. Salah satu langkah penting untuk mencapai tingkat berfikir yang diinginkan adalah dengan men-create tujuan pembelajaran yang measurable. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan prediktif yang dapat dijadikan sebagai target proses pembelajaran. Selain untuk mempersiapkan bagaimana sebuah materi akan diajarkan oleh guru, tujuan pembelajaran yang baik dapat membantu siswa how to learn.

Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran memiliki peran yang vital, misalnya :

  1. Membantu guru untuk fokus pada konten “penting untuk diketahui” dan menghilangkan konten yang tidak perlu. Implikasi dari mindset seperti ini adalah proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih efektif dan efisien. Guru dapat memilah dan memilih sub konten yang esensial. Materi yang terlalu padat diberikan kepada siswa menyebabkan siswa sulit menerima dan mneyerapnya. Tidak hanya itu, guru akan cenderung melakukan direct instruction. Fokus pada materi esensial diharapkan berimplikasi pada mendalamnya pembelajaran siswa dan memahami dengan baik materi tanpa takut di kejar waktu.
  2. Menginformasikan kepada siswa tentang materi atau skill yang akan mereka terima. Siswa akan lebih responsible terhadap cara belajar mereka ketika mereka tahu apa yang diharapkan untuk dicapai.
  3. Membantu guru untuk menilai dan mengevaluasi proses pembelajaran secara lebih akurat. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran yang di desain guru harus spesifik dan Lantas, seperti apa tujuan pembelajaran yang spesifik dan measurable?

 

Bagaimana mendesain tujuan pembelajaran?

Tujuan pembelajaran yang efektif adalah menggunakan kata kerja operasional yang spesifik untuk mendeskripsikan apa yang bisa siswa capai setelah proses pembelajaran. Menyusun teknik assesmen pun menjadi lebih mudah dan terstruktur jika kita mendesain tujuan pembelajaran yang measurable.

  1. Identifikasi knowledge yang harus dikuasai siswa.

Contoh : Lima langkah penelitian IPA (Procedural)

  1. Identifikasi tingkat berpikir yang harus dicapai. Dalam Taxonomi Anderson & Krathwohl, terdapat enam tingkatan berpikir, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Memilih tingkat berpikir apa yang digunakan dalam tujuan pembelajaran dapat membantu dalam meng-asses siswa sehingga tingkat keberhasilan proses pembelajaran dapat diukur.

Contoh :  Menerapkan lima langkah penelitian IPA. {Apply (C3)}

  1. Pilih kata kerja operasional yang spesifik untuk mengguide proses pembelajaran menjadi lebih terarah.

Contoh : Mendemonstrasikan setiap langkah penelitian IPA. {Apply (C3)}

  1. Tuliskan kondisi atau kriteria tambahan / gambaran aktifitas pembelajaran.

Contoh : Menerapkan lima langkah penelitian IPA pada pengamatan asam dan basa.

 

Common Mistakes

Berikut beberapa contoh tujuan pembelajaran yang familiar.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran diatas termasuk contoh tujuan pembelajaran yang kurang baik. Kata memahami adalah kata yang bersifat umum karena masih memerlukan kata kerja operasional lain sebagai indikator untuk menentukan bahwa siswa memahami, misalnya mengidentifikasi jalannya sinar dalam proses pembentukan bayangan, menggambar bayangan, dan sebagainya.

Tujuan Pembelajaran

 

Tujuan Pembelajaran Mendeskripsikan dan membuat adalah dua tingkatan berfikir yang berbeda, dan sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaaan lebih dari satu action verb. Membuat lebih tinggi level of cognitive nya daripada mendeskripsikan. Akan lebih baik jika setelah mendeskripsikan, tujuan pembelajaran berikutya adalah menerapkan, menganalisis, atau mengevaluasi.

Tujuan Pembelajaran

 

Tujuan Pembelajaran

Mengerjakan soal tentang lensa cembung merupakan aktivitas pembelajaran, bukan tujuan pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran

 

Tujuan Pembelajaran yang terstruktur

Setelah guru membuat tujuan pembelajaran yang spesifik dan measurable, maka selanjutnya menyusun tujuan-tujuan tersebut agar terstruktur dan berurutan secara logis. Logis dalam hal ini adalah dari sederhana ke kompleks dan dari konkret ke abstrak. Dalam kurikulum merdeka, ada beberapa tools untuk membantu para guru menyusun tujuan-tujuan pembelajarannya. Misalnya, taksonomi Anderson & Krathwohl, taksonomi Tighe & Wiggins, serta taksonomi Marzano3. Namun, mempertimbangkan aspek tingkat operasionalnya, maka penulis menyarankan menggunakan taksonomi Anderson & Krathwohl. Taksonomi Anderson & Krathwohl secara garis besar memiliki 2 dimensi, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

  1. Dimensi pengetahuan : terdiri dari pengetahuan faktual (F), konseptual (C), prosedural (P), dan metakognitif (M).
  2. Dimensi proses kognitif : terdiri dari mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) 4.

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, tujuan pembelajaran minimal mencakup 2 dimensi dari taksonomi Anderson & Krathwohl. Jika kita buat irisan keduanya, maka akan terbentuk kombinasi 24 kotak berfikir, dimulai dari FC1 hingga MC6.

Berikut merupakan contoh susunan tujuan pembelajaran yang tersusun secara logis dan sistematis.

 

Sumber

  1. [1] Napitupulu, E. (2023, 12 06). Narasi Skor PISA Indonesia Jangan Seolah-olah Prestasi Retrieved from: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/12/06/narasi-skor-pisa-indonesia-jangan-seolah-olah-prestasi
  2. [2] Ciptadi, E. (2021, 10 05). Tes PISA 2022: Hasil Apa yang Bisa Kita Harapkan? Retrieved from : https://www.refoindonesia.com/tes-pisa-2022-hasil-apa-yang-bisa-kita-harapkan/
  3. [3] Badan Standar Kurikulum & Asesmen Pendidikan. (2022). Panduan Pembelajaran dan Asesmen. Jakarta: Kemendikbud.
  4. [4] Anderson, L., & Krathwohl, D. (2017). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Jakarta: Pustaka Belajar.

 

Baca juga berita dan artikel kami di WA channel kami: WA channel HAFECS

Subscribe To Our Newsletter

Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.

You have Successfully Subscribed!

×

Kami siap membantu Anda

Selamat datang di Hafecs. Jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait layanan kami, jangan sungkan untuk bertanya melalui call centre Hafecs di bawah melalui WhatsApp atau kirim email melalui halaman kontak kami
×